Jumat, 07 Maret 2014
Makalah Kerusakan Bahan Pangan
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia membutuhkan makanan untuk melakukan dan melaksanakan semua aktivitasnya. Berbagai macam makanan dikonsumsi oleh manusia. Mulai dari makanan yang berasal dari bahan alami dan langsung dimasak sampai makanan yang harus diolah oleh pabrik terlebih dahulu. Banyak makanan yang memanfaatkan mikroba untuk proses pembutannya entah itu bakteri maupun jamur. Kebanyakan, makanan produk olahan menggunakan mikroba sebagai organisme yang memfermentasi.Namun bahan pangan juga sangat baik untuk pertumbuhan mikroba. Maka perlu diusahakan cara untuk menjaga bahan pangan agar tidak ditumbuhi mikroba, misalnya dengan pengawetan bahan pangan. Tetapi bahan pangan yang sudah diawetkanpun belum tentu tidak ditumbuhi mikroba. Maka untuk menjamin keamanan suatu bahan pangan layak dikonsumsi manusia atau tidak dilakukan pengujian kualitas bahan pangan, disamping itu dengan pengujian kualitas bahan pangan sekaligus dapat diketahui tinggi rendahnya kualitas bahan pangan yang akan dikonsumsi.
Jenis mikroba yang sering tumbuh pada bahan pangan sehingga dapat menyebabkan kerusakan pangan adalah bakteri dan jamur.Kerusakan pangan merupakan perubahan karakteristik fisik dan kimiawi suatu bahan makanan yang tidak diinginkan atau adanya penyimpangan dari karakteristik normal.Contohnya adalah pembusukan buah, sayurandan daging dari tekstur keras menjadi lunak meskipun masih dalam keadaan segar, terpisahnya susu segar, penggembungan makanan kaleng, penggumpalan tepung dan lain-lain. Bahan pangan yang sudah ditumbuhi mikroba apabila dikonsumsi akan menimbulkan dampak terganggunya kesehatan manusia, menimbulkan penyakit, keracunan bahkan kematian Karena banyak sekali jenis-jenis kerusakan pangan yang diakibatkan oleh bakteri dan jamur, maka penulis ingin mempelajari lebih lanjut mengenai hal tersebut. Jenis- jenis kerusakan bahan pangan ini penting untuk diketahui agar lebih selektif dalam pemilihan bahan pangan yang akan kita konsumsi. Sehingga penulis berinisiatif untuk menyusun makalah yang berjudul “Kerusakan Bahan Pangan”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kerusakan pangan?
2. Apa saja jenis dan kerusakan bahan pangan?
3. Bagaimana tanda-tanda kerusakan pangan oleh mikroba khususnya bakteri dan jamur yang ditunjukan pada daging, susu, telur dan hasil samping ternak?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 . Pengertian Kerusakan Pangan
Kerusakan bahan pangan merupakan perubahan karakteristik fisik dan kimiawi suatu bahan makanan yang tidak diinginkan atau adanya penyimpangan dari karakteristik normal.
a. Karakteristik fisik meliputi sifat organoleptik seperti warna, bau, tekstur, bentuk.
b. Karakteristik kimiawi meliputi komponen penyusunnya seperti kadar air, karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan pigmen.
Kerusakan pangan juga dapat diartikan sebagai penyimpangan yang melewati batas yang dapat diterima secara normal oleh panca indera atau parameter lain yang biasa digunakan oleh manusia. Beberapa bahan pangan dianggap mengalami kerusakan bila telah menunjukan penyimpangan konsistensi kental menjadi encer. Contohnya adalah pembusukan buah dan sayuran dari tekstur keras menjadi lunak meskipun masih dalam keadaan segar, terpisahnya susu segar, penggembungan makanan kaleng, penggumpalan tepung, ketengikan minyak goreng, roti berjamur, beras berkutu, gigitan tikus pada karung makanan dan lain-lain.
2.2 Jenis dan Penyebab Kerusakan Bahan Pangan
Bila ditinjau dari dari penyebab kerusakan bahan pangan, maka kerusakan tersebut dapat dibagi menjadi beberapa jenis.
o Kerusakan Fisiologis dan Biologis
Kerusakan fisiologis meliputi kerusakan yang disebabkan oleh reaksi-reaksi metabolisme dalam bahan atau oleh enzim-enzim yang terdapat didalamnya secara alamiah sehingga terjadi proses autolysis yang berakhir dengan kerusakan dan pembusukan. Kerusakan biologis adalah kerusakan yang diakibatkan oleh serangga dan binatang pengerat, burung dan hewan lain seperti tikus, anjing dan lain-lain. Kerusakan fisiologis umumnya terjadi akibat reaksi enzimatik pada sayur, buah, daging, ayam dan pangan. Laju kerusakan biologis dipengaruhi oleh kadar air, suhu penyimpanan, oksigen, cemaran mikroorganisme awal dan kandungan gizi pangan terutama protein dan lemak.
o Kerusakan Fisik
Kerusakan ini disebabkan oleh akibat perlakuan fisik yang digunakan.Kerusakan pangan yang disebabkan perlakuan fisik contohnya adalah pengerasan lapisan luar (kulit) pangan yang dikeringkan; kesan kulit kering pada makanan beku dan kesan “gosong” pada makanan yang digoreng pada suhu tinggi. “Chill ing injuries” atau kerusakan pangan yang disimpan pada suhu dingin (0-10°C) seperti yang ditemukan pada buah atau sayuran, disebabkan racun/toksin yang terdapat pada tenunan/sel hidup yang dikenal sebagai asam klorogenat. Pada kondisi normal, asam klorogenat dinetralkan / didetoksifikasi oleh asam askorbat. Pada suhu dingin, kecepatan reaksi detoksifikasi lambat sehingga sel buah dan sayur membusuk akibat akumulasi toksin pada jaringan / tenunan buah dan sayur.Kerusakan akibat penyimpanan pangan pada kelembaban tinggi (RH > 70%) dapat menyebabkan pangan menyerap air sehingga pada tepung kering dapat menggumpal yang memicu kerusakan mikrobiologis. Kerusakan akibat penyimpanan suhu tinggi (suhu >30°C) pada buah dan sayuran dapat menyebabkan dehidrasi dan keriput kulit akibat keluarnya air dari jaringan.Sedangkan pengeringan dengan suhu tinggi dapat menyebabkan “case hardening” atau pengerasan kulit luar pangan akibat kerusakan sel.
o Kerusakan Mekanis
Kerusakan mekanis disebabkan karena ada benturan-benturan mekanis selama pasca panen, pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan pangan.Benturan mekanis dapat mengakibatkan memar pada permukaan kulit dan jaringan pangan, memicu kerusakan lebih lanjut akibat tumbuhnya mikroorganisme.
o Kerusakan Mikrobiologis
Kerusakan mikrobiologi merupakan bentuk kerusakan yang banyak merugikan hasil pertanian dan berbahaya terhadap kesehatan manusia,karena racun yang diproduksinya terkonsumsi oleh manusia. Kerusakan mikrobiologis dapat terjadi pada bahan lain atau kebahan pertanian lain, bahan baku, produk setengah jadi atau produk jadi. Penyebab utama kerusakan mikrobiologis adalah bakteri, kapang dan khamir.
Cara perusakannya adalah dengan cara menghidrolisis atau merusak jaringan atau makromolekul penyusun bahan menjadi molekul-molekul kecil. Misalnya, karbohidrat menjadi gula sederhana atau asam organik; protein menjadi peptida, asam amino dan gas amonia; lemak menjadi gliserol dan asam lemak. Terurainya makromolekul ini menyebabkan penurunan pH, penyimpangan bau dan rasa bahkan dapat menghasilkan toksin / racun yang berbahaya bagi manusia seperti racun yang dihasilkan mikroba patogen antara lain Salmonella, Clostridium botulinum, Listeria dan lain-lain.
o Kerusakan Kimia
Kerusakan pangan yang disebabkan perlakuan kimia biasanya saling terkait dengan jenis kerusakan lainnya. Misalnya adanya panas yang tinggi pada pemanasan minyak mengakibatkan rusaknya beberapa asam lemak yang disebut “thermal oxidation”.Adanya oksigen dalam minyak menyebabkan terjadinya oksidasi pada asam lemak tidak jenuh, yang mengakibatkan pemecahan senyawa tersebut atau menyebabkan terjadinya ketengikan minyak. Pencetus kerusakan pangan yang menyebabkan perubahan kimia pangan dapat dipengaruhi suhu selama reaksi berlangsung; oksigen yang mempercepat reaksi oksidasi; reaksi biologis seperti enzimatik; pH yang mempengaruhi denaturasi protein atau perubahan warna dan adanya logam yang menjadi prekursor reaksi. Kerusakan fisiologis juga merupakan kerusakan kimiawi, karena reaksi enzimatis biasanya aktif dalam proses kerusakan tersebut.
Dalam hal ini , penulis hanya akan membahas tentang kerusakan pangan yang diakibatkan oleh bakteri dan jamur.
2.3 Tanda-tanda Kerusakan Pangan
1. Daging dan produk olahannya
Daging mudah sekali mengalami kerusakan mikrobiologi karena kandungan gizi dan kadar airnya yang tinggi, serta banyak mengandung vitamin dan mineral.Kerusakan pada daging terbagi menjadi kerusakan pada kondisi aerob dan anaerob
Kerusakan pada Kondisi Aerob:
à Lendir di permukaan
Penyebab : Pseudomonas, Acinetobacter, Alcaligenes,Moraxella, Streptococcus,Leuconostoc, Bacillus,Micrococcus.
à Perubahan warna/pigmen daging
¨ Merah berubah menjadi hijau, coklat, abu-abu, akibatdari senyawa yang mengoksidasi(peroksida,hydrogen sulfida, dll).
¨ Penyebab : Lactobacillus, Leuconostoc penyebabwarna hijau pada sosis.
à Perubahan pada Lemak
¨ Lemak oksidasi tengik (rancid)
¨ Bakteri Lipolitik mempercepat oksidasi tengik(aldehid-asam)
à Fosforesensi
Disebabkan : Photobacterium spp. Terjadi perubahanberbagai warna permukaan daging akibat bakteriberpigmen.
¨ Serratia marcescens pigmen merah
¨ Pseudomoas syncyanea warna biru
¨ Micrococcus flavobacterium kuning
¨ Chromobacterium lividum biru kehijauandanhitam kecoklatan
à Bau dan Rasa Busuk / Menyimpang (Taint)
Bau masam karena asam-asam volatile : format, asetat,butirat propionat, dll. Penyebab:Actinomycetes(kapang)
Kerusakan Akibat Khamir:
1. Permukaan daging berlendir
2. Lipolisis
3. Bau busuk / masam
4. Rasa busuk / masam
5. Diskolorisasi putih, krem, pink, coklat
Kerusakan Akibat Kapang:
1.Bergetah Lengket
2. Berambut (putih, dll) Thamnidium chaetocladioides, Mucor inucedo, Rhizopus
3. Bintik hitam Cladosporium herbarum
4. Bintik putih Sporotrichum carnis, Geotrichum
5. Noda-noda hijau Penicillium expansum,P.asperulum
6. Dekomposisi lemak kapang penyebab hidrolisisdan oksidasi lemak
7. Bau dan rasa menyimpang Thamnidium
Kerusakan Pada Kondisi Anaerob:
1. Bau dan Rasa Masam (Souring)
2. Kebusukan (Putrefaction)
3. Bau Menyimpang (Taint)
Jenis kerusakan Daging Normal / Segar
Daging berlendir
Daging berjamur
Daging busuk
Warna daging berubah pucat karena khamir
2. Susu dan produk olahannya
Susu merupakan salah satu bahan pangan yang sangat mudah rusak, karena merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Tanda-tanda kerusakan pada susu adalah:
1) Adanya perubahan rasa susu menjadi asam, disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembentuk asam, terutama bakteri asam laktat dan bakteri E. coli.
2) Susu menggumpal, disebabkan oleh pemecahan protein susu oleh bakteri pemecah protein. Pemecahan protein mungkin disertai oleh terbentuknya asam atau tanpa asam.
3) terbentuknya gas, disebabkan oleh pertumbuhan dua kelompok mikroba, yaitu bakteri yang membentuk gas H2 (Hidrogen) dan CO2 (karbon dioksida) seperti bakteri e. coli dan bakteri pembentuk spora, dan bakteri yang hanya membentuk CO2 seperti bakteri asam laktat tertentu dan kamir.
4) terbentuknya lendir,
5) adanya perubahan rasa menjadi tengik,
6) tumbuhnya kapang pada produk olahan susu.
7) bau busuk, disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pemecah protein menjadi senyawa-senyawa berbau busuk.
Susu mengental susu berjamur akibat kapang susu mengental
3. Telur dan produk olahannya
Telur meskipun masih utuh dapat mengalami kerusakan, baik kerusakan fisik maupun kerusakan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba.Mikroba dari air, udara maupun kotoran ayam dapat masuk ke dalam telur melalui pori-pori yang terdapat pada kulit telur. Telur yang telah dipecah akan mengalami kontak langsung dengan lingkungan, sehingga lebih mudah rusak dibandingkan dengan telur yang masih utuh.
Tanda-tanda kerusakan yang sering terjadi pada telur adalah sebagai berikut:
1) adanya perubahan fisik seperti penurunan berat karena airnya menguap,
2) pembesaran kantung telur karena sebagian isi telur berkurang,
3) timbulnya bintik-bintik berwarna hijau, hitam atau merah karena tumbuhnya bakteri,
4) bulukan, disebabkan oleh tumbuhnya kapang perusak telur,
5) keluarnya bau busuk karena pertumbuhan bakteri pembusuk.
Kerusakan telur juga dapat disebabkan oleh mikrobiologi karena adanya aktifitas bakteri dan jamur antara lain sebagai berikut :
1. Green rot , Pada keadaan ini isi telur menjadi encer, kadang-kadang dijumpai warna kehijauan. Kuning telur tertutup oleh lapisan berwarna merah jambu keputih-putihan. Putih telur kadang kadang menjadi hitam. Telur berbau busuk dan rasanya agak asam. Penyebabnya adalah bakteri dari genus Pseudomonas.
2. Red rot , Bakteri-bakteri Pseudomonas dapat pula menyebabkan pewarnaan merah pada kuning telur. Putih telurnya sendiri menjadi encer dan berwarna keabu-abuan mendekati merah.
3. Black rot, Telur menjadi berbau sangat busuk. Apabila telur dipecah isinya berwarna coklat kehijauan, encer dan berair. Kuning telur berwarna hitam. Penyebabnya adalah bakteri-bakteri Aloaligenes, Escherichia dan bakteri-bakteri pemecah protein.
4. Tumbuhnya jamur pada bagian dalam kulit telur atau pada selaput tipis kulit. Kemampakan jamur ini keabu-abuan atau hitam. Kadang-kadang sedikit merah jambu.
Telur busuk
4.Hasil samping Ternak
a. Kulit
Berlendir, kulit terpisah dengan daging, busuk dan berbau amis karena aktivitas bakteri dari genus Pseudomonas, terjadi perubahan warna menjadi lebih gelap.
kulit ayam yang berubah warnanya menjadi lebih gelapdisebabkan : Lactobacillus,
kulit ayam yang terlihat berlendir di permukaan
Penyebab : Pseudomonas, Acinetobacter, Alcaligenes,Moraxella,
b. Jeroan ayam atau sapi
Busuk dan berbau karena aktivitas bakteri dari genus Pseudomonas.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tanda – tanda kerusakan dapat dilihat dari kondisi aerob dan anaerob
Bakteri dan jamur sering mengakibatkan kerusakan pangan pada produk daging, susu, telur dan hasil samping ternak.
Kamis, 06 Maret 2014
Pemeliharaan Ayam Broiler
MAKALAH PRAKTIKUM
ILMU TERNAK NON RUMINANSIA
PEMELIHARAAN AYAM BROILER
Disusun oleh:
Kelompok F1
Alfan Setya W. 125050100111005
Nur Intan Sari 125050100111011
Yonastri Septarika 125050100111032
Cholis El Nasser
125050100111087
Chandra Adi K.
1250501001111
Rendy Widya Septian 125050100111145
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2013
DAFTAR ISI
Daftar Isi…………………….…..……………………………….……………2
Kata Pengantar……………….………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah……..…………………………………………….4
1.2 Rumusan Masalah ……….……………………………………………….. 5
1.3 Tujuan…………………………………………………………………….. 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ayam Broiler……………………………………………………………..6
2.2 Perkandangan…………………………………………………………….7
2.3 Pakan…………………………………………………………………….10
2.4 Manajemen Pemeliharaan………………………………………………..14
2.5 Vaksinasi dan Pencegahan Penyakit……………………………………..17
2.6 Mortalitas………………………………………………………………….18
2.7 Panen……………………………………………………………………….20
2.8 Pasca panen…………………………………………………………………20
BAB III PENUTUP
Kesimpulan……………………………………………………………………21
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...22
LAMPIRAN………………………………………………………………….23
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena segala rahmat,
taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun tugas Makalah Budidaya
Ternak Unggas tentang “Pemeliharaan Ayam Broiler”.
Makalah
tersebut merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam
menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen Kesehatan Ternak. Makalah
initelah diupayakan supaya dapat sesuai apa yang diharapkan
dan dengan terselesainya Makalah ini sekiranya bermanfaat bagi setiap
pembacanya. Makalah ini penulis sajikan sebagai bagian dari proses pembelajaran
agar kiranya kami sebagai mahasiswa dapat memahami betul tentang perlunya
sebuah tugas agar menjadi bahan pembelajaran.
Selesainya makalah
ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama berbagai pihak. Oleh karena itu,
kami mengucapkan rasa syukur yang tulus dan ikhlas kepada Tuhan Yang Maha Esa,
serta ucapan terima kasih kepada : Pembimbing dan Teman teman berkat
kerjasamanya sehingga Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari
bahwa Makalah ini jauh dari kesempurnaan dan dengan segala kerendahan hati kami
mohon kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga apa yang kita
harapkan dapat tercapai. Dan merupakan bahan kesempurnaan untuk makalah ini
selanjutnya. Besar harapan penulis, semoga makalah yang penulis buat ini
mendapat ridho dari Tuhan Yang Maha Esa.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun
berdampak pada peningkatan konsumsi produk peternakan (daging, telur, susu).
Meningkatnya kesejahteraan dan tingkat kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi
khususnya protein hewani juga
turut meningkatkan angka perminataan produk peternakan. Daging banyak
dimanfaatkan olehmasyarakat karena mempunyai rasayang enak dan kandungan zat
gizi yangtinggi.Salah satu sumber daging yangpaling banyak dimanfaatkan
olehmasyarakat Indonesia adalah ayam.Daging ayam yang sering dikonsumsi oleh
masyarakat diperoleh dari pemotongan ayam broiler, petelur afkir, dan ayam
kampung.
Ayam broiler merupakan salah satu
penyumbang terbesar protein hewani asal ternak dan merupakan komoditas
unggulan.Industriayam broiler berkembang pesat karena daging ayam menjadi
sumber utama menu konsumen.Daging ayam broiler mudah didapatkan baik di pasar
modern maupun tradisional.Produksi daging ayam broiler lebih besar dilakukan
oleh rumah potong ayam modern dan tradisional.Proses penanganan di RPA
merupakan kunci yang menentukan kelayakan daging untuk dikonsumsi. Perusahaan
rumah potong ayam (RPA) atau tempat pendistribusian umumnya sudah memiliki
sarana penyimpanan yang memadai, namun tidak dapat dihindari adanyakontaminasi
dan kerusakan selama prosesing dan distribusi.
Mengingat tingginya kewaspadaan
masyarakat terhadap keamanan pangan, menuntut produsen bahan pangan termasuk
pengusaha peternakan untuk meningkatkan kualitas produknya.Walaupun kualitas
karkas tergantung pada preferensi konsumen namun ada standar khusus yang
dijadikan acuan.Karkas yang layak konsumsi harus sesuai dengan standar SNI
mulai daricara penanganan, cara
pemotongan karkas, ukuran dan mutu, persyaratan yang meliputi bahan asal,
penyiapan karkas, pengelolaan pascapanen, bahan pembantu, bahan tambahan, mutu
produk akhir hingga pengemasan.Untuk itu perlu ada penerapan manajemen yang
baik sejak masih di sektor hulu sampai
ke sektor hilir.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaiamana perkandangan yang baik
untuk ayam broiler?
2. Bagaimana pemberian pakan yang benar
untuk ayam broiler?
3. Bagaimana manajemen pemeliharaan yang
baik untuk ayam broiler?
4.
Penyakit apa saja yang dapat menyerang ayam broiler dan?
5.
Bagaimana pencegahan/ vaksinasi dan pengobatan penyakit pada ayam?
6. Bagaimana angka mortalitas pada
ayam broiler dapat terjadi?
7. Bagaimana manajemen panen ayam
broiler?
8. bagaimana manajemen pasca panen
pada ayam broiler?
1.3
Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini secara
keseluruhan adalah untuk mengetahui sistem pemeliharaanayam broiler dari
pertama hingga pasca panen agar bisa memperoleh produksi yang maksimal.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ayam
Broiler
Ayam broiler merupakan hasil teknologi
yaitu persilangan antara ayam Cornish dengan Plymouth Rock. Karakteristik
ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan
rendah, dipanen cepat karena pertumbuhannya yang cepat, dan sebagai penghasil
daging dengan serat lunak .Pertambahan berat badan yang ideal 400 gram per
minggu untuk jantan dan untuk betina 300 gram per minggu.
Ayam broiler adalah ayam tipe pedaging
yang telah dikembangbiakan secara khusus untuk pemasaran secara dini.Ayam
broiler merupakan jenis ayam jantan atau betina yang berumur 6 sampai 8 minggu
yang dipelihara secara intensif untuk mendapatkan produksi daging yang optimal.
Ayam broiler dipasarkan pada umur 6 sampai 7 minggu untuk memenuhi kebutuhan
konsumen akan permintaan daging. Ayam broiler terutama unggas yang
pertumbuhannya cepat pada fase hidup awal, setelah itu pertumbuhan menurun dan
akhirnya berhenti akibat pertumbuhan jaringan yang membentuk tubuh.Ayam broiler
mempunyai kelebihan dalam pertumbuhan dibandingkan dengan jenis ayam piaraan
dalam klasifikasinya, karena ayam broiler mempunyai kecepatan yang sangat
tinggi dalam pertumbuhannya.Hanya dalam tujuh atau delapan minggu saja, ayam
tersebut sudah dapat dikonsumsi dan dipasarkan padahal ayam jenis lainnya masih
sangat kecil, bahkan apabila ayam broiler dikelola secara intensif sudah dapat
diproduksi hasilnya pada umur enam minggu dengan berat badan mencapai 2
kilogram per ekor.
Untuk mendapatkan bobot badan yang
sesuai dengan yang dikehendaki pada waktu yang tepat, maka perlu diperhatikan
pakan yang tepat.Kandungan energi pakan yang tepat dengan kebutuhan ayam dapat
mempengaruhi konsumsi pakannya, dan ayam jantan memerlukan energi yang lebih
banyak daripada betina, sehingga ayam jantan mengkonsumsi pakan lebih banyak.
Hal-hal yang terus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler antara lain
perkandangan, pemilihan bibit, manajemen pakan,
sanitasi dan kesehatan, recording dan pemasaran. Banyak kendala yang akan
muncul apabila kebutuhan ayam tidak terpenuhi, antara lain penyakit yang dapat
menimbulkan kematian, dan bila ayam dipanen lebih dari 8 minggu akan menimbulkan
kerugian karena pemberian pakan sudah tidak efisien dibandingkan
kenaikkan/penambahan berat badan, sehingga akan menambah biaya produksi.
membagi tiga tipe fase pemeliharaan ayam
broiler yaitu fase starter umur 0 sampai 3 minggu, fase grower 3 sampai 6
minggu dan fase finisher 6 minggu hingga dipasarkan.
Banyak strain ayam pedaging yang
dipelihara di Indonesia. Strain merupakan sekelompok ayam yang dihasilkan oleh
perusahaan pembibitan melalui proses pemuliabiakan untuk tujuan ekonomis
tertentu. Contoh strain ayam pedaging antara lain CP 707, Starbro, Hybro.
2.2. Perkandangan
Kandang yang baik adalah kandang yang
dapat memberikan kenyamanan bagi ayam, mudah dalam tata laksana, dapat
memberikan produksi yang optimal, memenuhi persyaratan kesehatan dan bahan
kandang mudah didapat serta murah harganya. Bangunan kandang yang baik adalah
bangunan yang memenuhi persyaratan teknis, sehingga kandang tersebut biasa
berfungsi untuk melindungi ternak terhadap lingkungan yang merugikan,
mempermudah tata laksana, menghemat tempat, menghindarkan gangguan binatang buas,
dan menghindarkan ayam kontak langsung dengan ternak unggas lain.
Sistem perkandangan yang ideal untuk
usaha ternak ayam ras meliputi: persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-35
derajat C, kelembaban berkisar antara 60-70%, penerangan/pemanasan kandang
sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari
pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan
dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai
kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang
box yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal atapun
kandang bateray. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal,
yang penting kuat, bersih dan tahan lama.
Persiapan dalam perkandangan adalah :
a. Lokasi kandang
Kandang ideal terletak di daerah yang
jauh dari pemukiman penduduk, mudah dicapai sarana transportasi, terdapat
sumber air, arahnya membujur dari timur ke barat.
b. Pergantian udara dalam
kandang.
Ayam bernapas membutuhkan oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida.Supaya kebutuhan oksigen selalu terpenuhi,
ventilasi kandang harus baik.
c. Suhu udara dalam kandang.
Tabel 1. Suhu ideal kandang sesuai umur
adalah :
Umur
(hari)
|
Suhu
( 0C )
|
01
– 07
|
34
– 32
|
08
– 14
|
29
– 27
|
15
– 21
|
26
– 25
|
21
– 28
|
4
– 23
|
29
– 35
|
23
– 21
|
d. Kemudahan mendapatkan sarana
produksi
Lokasi kandang sebaiknya dekat dengan
poultry shop atau toko sarana peternakan.
e. Kepadatan Kandang
Pada awal pemeliharaan, kandang
ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari
pakan seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh. Kepadatan
kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2,
lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang hari
pada umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, ayam cenderung banyak
minum, stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit.
Pengaturan kepadatan kandang dilakukan
sedemikian rupa untuk mengatasi kanibalisme akibat terlalu padatnya kandang.Hal
ini juga bermanfaat untuk kenyamanan ayam.Kepadatan kandang juga berpengaruh
terhadap produksi, performen dan tingkat kenyamanan ayam broiler.
Tingkat kepadatan kandang ayam per bobot hidup
Bobot
Badan (kg)
|
Ekor/m2
|
1,4
|
13
– 17
|
1,8
|
10
– 13
|
2,3
|
8 – 10
|
2,7
|
6–8
|
Standar Bobot Badan Ayam Broiler Berdasarkan
Jenis Kelamin pada Umur 1 sampai 6 Minggu ((NRC, 1994)
Umur
(minggu)
|
Jenis
Kelamin
|
||
Jantan
(g)
|
Betina
(g)
|
||
1
|
152
|
144
|
|
2
|
376
|
344
|
|
3
|
686
|
617
|
|
4
|
1085
|
965
|
|
5
|
1576
|
1344
|
|
6
|
2088
|
1741
|
|
Jika dilihat dari perbandingan table 2
dan 3 maka dapat dibandingkan perbandingan antara umur dengan luas kandang yang
dibutuhkan sesuai dengan jenis kelamin dan bobot badan.
Kepadatan tinggi menurunkan berat badan
pullet umur 18 minggu, meningkatkan kerusakan dada pada broiler, menimbulkan
kanibalisme pada ayam, yakni ayam saling patuk mematuk sehingga menimbulkan
luka pada tubuh ternak sehingga memudahkan masuknya parasit dan menimbulkan
penyakit dan akhirnya meningkatkan angka kematian, pencapaian berat badan yang
rendah dan mengurangi konsumsi pakan pada broiler, sedangkan konsumsi pakan
broiler umur 7 minggu menurun sebesar 3,7% pada jantan dan 3,9% pada betina
ketika kepadatan kandang ditingkatkan dari 10 ekor/m2 menjadi 15 ekor/m2.
Kepadatan tinggi yang diasumsikan dengan bobot badan perluasan lantai
mengurangi aktivitas broiler menjadi lebih sedikit berjalan, sebaliknya lebih banyak
mengantuk dan tidur.
f.
Tipe Kandang
1. Kandang postal.
Kandang ini tidak terdapat halaman
umbaran sehingga dalam pemeliharaan sistem ini ayam-ayam selalu terkurung
sepanjang hari di dalam kandang. Litter yang baik harus dapat memenuhi beberapa
kriteria yakni: memiliki daya serap yang tinggi, lembut sehingga tidak
menyebabkan kerusakan dada, mempertahankan kehangatan, menyerap panas, dan
menyeragamkan temperatur dalam kandang. Litter merupakan sistem kandang
pemeliharaan unggas dengan lantai kandang ditutup oleh
bahan penutup lantai seperti, sekam padi, serutan gergaji, dan jerami padi.
Keuntungan sistem ini adalah biaya relatif rendah, menghilangkan bau kotoran,
jika litter kering maka pembuangan kotoran lebih mudah dan dapat menahan panas
didalam kandang.Kekurangannya adalah penyebaran penyakit lebih mudah,
Pengawasan kesehatan lewat kotoran sulit diamati.
2. Cage
Bangunan kandang berbentuk sangkar
berderet, menyerupai batere dan alasnya dibuat berlubang (bercelah).Keuntungan
sistem ini adalah tingkat produksi individual dan kesehatan masing-masing
terkontrol, memudahkan tata laksana, penyebaran penyakit tidak
mudah.Kelemahannya adalah biaya pembuatan semakin tinggi, ayam dapat kekurangan
mineral, dan sering banyak lalat.
3. Panggung
Sistem ini biasanya dibuat diatas kolam
ikan.Bahan yang biasa digunakan untuk alas lantai adalah bambu yang dipasang
secara berderet agar ayam tidak terperosok.Kelebihannya adalah sisa pakan dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ikan, penyebaran penyakit relatif rendah.
Kekurangannya jika jarak pemasangan bambu untuk alas terlalu lebar, akan dapat
mengakibatkan ayam terperosok, biaya pembuatan relatif mahal.
2.3. Pakan
Ayam broiler sebagai bangsa unggas
umumnya tidak dapat membuat makanannya sendiri. Oleh sebab itu ia harus makan
dengan cara mengambil makanan yang layak baginya agar kebutuhan nutrisinya
dapat dipenuhi. Protein, asam amino, energi, vitamin, mineral harus dipenuhi
agar pertumbuhan yang cepat itu dapat terwujud tanpa menunggu fungsi- fungsi
tubuhnya secara normal.Dari semua unsur nutrisi itu kebutuhan energi bagi ayam
broiler sangat besar.
Ransum memiliki peran penting dalam
kaitannya dengan aspek ekonomi yaitu sebesar 65-70% dari total biaya produksi
yang dikeluarkan. Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi)
yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral,
sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG)
tinggi.Pemberian pakan dengan sistem ad libitum (selalu tersedia/tidak
dibatasi).Apabila menggunakan pakan dari pabrik, maka jenis pakan disesuaikan
dengan tingkat pertumbuhan ayam, yang dibedakan menjadi 2 (dua) tahap. Tahap
pertama disebut tahap pembesaran (umur 1 sampai 20 hari), yang harus mengandung
kadar protein minimal 23%. Tahap kedua disebut penggemukan (umur diatas 20
hari), yang memakai pakan berkadar protein 20 %.Jenis pakan biasanya tertulis
pada kemasannya.
Pertambahan
Bobot Badan
Pertambahan
bobot badan (PBB) mencerminkan tingkat kemampuan ayam broiler dalam mencerna
ransum untuk diubah menjadi bobot badan. Pertambahan bobot badan sebagai
kriteria untuk mengukur pertumbuhan. Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai
proses yang sangat kompleks meliputi pertambahan bobot hidup dan pertambahan
semua bagian tubuh secara merata dan serentak . Pertumbuhan meliputi
peningkatan ukuran sel-sel tubuh akan peningkatan sel-sel individual dimana
pertumbuhan itu mencakup empat komponen utama yaitu adanya peningkatan ukuran
skeleton, peningkatan total lemak tubuh dalam jaringan adipose dan peningkatan
ukuran bulu, kulit dan organ dalam.
Peningkatan bobot badan mingguan tidak terjadi secara seragam. Setiap
minggu pertumbuhan ayam pedaging mengalami peningkatan hingga mencapai
pertumbuhan maksimal, setelah itu mengalami penurunan. PBB ayam pedaging umur 4
s/d 6 minggu yang dipelihara pada suhu lingkungan 32 ºC sebesar 515 gram/ekor,
sedangkan pada suhu 22 ºC PBB ayam pedaging sebesar 1084 gram/ekor.
FCR
Ayam Broiler Umur 1-7 Hari
Efisiensi
pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed Convertion Ratio). Cara
menghitungnya adalah, jumlah pakan selama pemeliharaan dibagi total bobot ayam
yang dipanen.
Menurut
hasil pengamatan yang telah kami lakukan , pada usia 7 hari 26 ekor ayam
broiler berat rata-rata 139,34 kg, berat
pakan selama pemeliharaan 3186 kg, maka FCR-nya adalah :
Berat
total ayam = 3,622 kg
FCR
= 3186 :3,622 = 0,879 (pada minggu pertama)
Semakin
rendah angka FCR, semakin baik kualitas pakan, karena lebih efisien (dengan
pakan sedikit menghasilkan bobot badan yang tinggi).
Dibawah
ini akan kami uraikan beberapa hal yang mempengaruhi nilai FCR ternak ayam:
1.
kualitas pakan ayam broiler
Kualitas pakan ayam akan sangat berpengaruh pada nilai
FCR, salah satu yang penting adalah kadar protein yang ada dalam pakan. Semakin
rendah nilai kadar protein tentu saja kualitas pakan kurang bagus, ini bisa
menyebabkan nilai FCR tinggi.
2.
metode pemberian pakan
Metode dalam pemberian pakan cukup berpengaruh
terutama pada ayam mulai masuk minggu ke 3, ada yang menerapkan pola pagi 20%
sore 80%, ada yang pagi 40% sore 60% ada juga yang pagi 20% sore 60 % dan
tengah malan 20%.
3.
anak kandang
Anak kandang tentu saja berpengaruh karena jika anak
kandang kurang jujur pakan bisa tidak masuk ke ayam tapi masuk kantong mereka.
4.
cuaca
Cuaca yang ekstrim
dingin maupun ekstrim panas akan mempengaruhi nilai FCR
5. kesehatan ayam
broiler
Jika ayam dalam kondisi sehat tentu
ini tidak masalah asal cuaca dan hal lain mendukung, namun jika ayam sudah
terserang penyakit tentu ini akan berpengaruh pada pembengkakan FCR. Contoh
saja ayam broiler yang terserang CRD komplek, jika kematian tinggi dan bobot
tidak jadi sedangkan pakan tetap banyak maka tentu saja konversi pakan ke
daging akan sangat kecil.
6. obat ,vitamin ,Suplemen
Pemilihan obat dan juga suplemen
untuk memacu pertumbuhan dan juga menurunkan FCR cukup berpengaruh pada nilai
FCR tentunya.
Konsumsi pakan
Konsumsi
pakan adalah kemampuan ternak dalam mengkonsumsi sejumlah ransum yang digunakan
dalam proses metabolisme tubuh. Tingkat konsumsi ransum akan mempengaruhi laju
pertumbuhan dan bobot akhir karena pembentukan bobot, bentuk dan komposisi
tubuh pada hakekatnya adalah akumulasi pakan yang dikonsumsi ke dalam tubuh
ternak. Faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan antara lain umur, nutrisi
ransum, kesehatan, bobot badan, suhu dan kelembaban serta kecepatan pertumbuhan.
Konsumsi pakan dihitung dengan cara pakan yang diberikan dikurangi sisa pakan.
Pakan pemula (starter) harus diberi
setelah ayam memperoleh minum, pada beberapa hari pertama pakan dapat diberi
dengan cara ditaburkan pada katon box DOC atau tempat pakan untuk anak ayam.
Sisa pakan harus dibuang tiap pagi dan jangan dibuang di litter karena akan
membahayakan kesehatan ayam. Pada 2 hari pertama gunakan air hangat bersuhu 16
sampai 200C.Untuk air minum larutkan 50 gram gula dan 2 gram vitamin
(dalam 1 liter air minum untuk 12 jam pertama) Perlu juga memakai meter air
agar dapat diketahui dengan pasti berapa banyak air yang digunakan pada 2
minggu pertama tempat minum dibersihkan 3 kali sehari setelah itu 2 kali
sehari.
Pada ayam broiler fase starter kebutuhan
energi adalah 3200 kcal/kg dengan kebutuhan asam amino methionin 0,38%.
Sedangkan pada finisher kebutuhan energi sama tetapi kebutuhan protein
berkurang dan kebutuhan asam amino methionin juga berkurang menjadi 0,32% .
Kualitas pakan ayam ras broiler ada 2
(dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6
minggu):
a. Kualitas
pakan fase starter adalah terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar
4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
b. Kualitas
pakan fase finisher adalah terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%, serat
kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9% dan energy (ME) 2900-3400
Kcal.
Tabel 4. Kebutuhan Nutrisi Pakan Ayam
Broiler pada Periode Starter dan PeriodeFinisher (NRC, 1994)
Nutrisi
|
Periode
”Starter”
|
Periode
”Finisher”
|
Protein
(%)
|
23,00%
|
20,00%
|
Energi
Metabolis (kkal/ kg)
|
2800-3200
|
2900-3200
|
Kalsium
(%)
|
1,00
|
0,90
|
Fosfor
(%)
|
0,45
|
0,35
|
Efisiensi
Pakan
Efisiensi pakan di hitung dengan cara
pertambahan berat badan di bagi konsumsi pakan dan dikalikan dengan 100 %.
2.4. Manajemen
Pemeliharaan
Pemeliharaan ayam daging ditujukan untuk
mencapai beberapa sasaran yaitu tingkat kematian serendah mungkin, kesehatan
ternak baik, berat timbangan setiap ekor setinggi mungkin dan daya alih makanan
baik (hemat).Untuk mencapai hal-hal tersebut ada beberapa hal pokok yang perlu
dipertimbangkan sebaik-baiknya dalam pemeliharaan ayam pedaging yaitu
perkandangan dan peralatan serta persiapannya, pemeliharaan masa awal dan
akhir, pemberian pakan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan pengelolaan.
Ayam broiler atau ayam daging dipelihara
selama kurang lebih 6 sampai 7 minggu.Ayam ini tidak dimaksudkan untuk produksi
telur, tetapi diharapkan dagingnya. Sampai umur 5 minggu beratnya kira-kira
sama dengan ayam telur dewasa yaitu kurang lebih 1,5 kg. Cara pemeliharaan ayam
daging hampir sama dengan ayam telur dari periode starter sampai grower.
Pemeliharaan dilakukan dengan
pembersihan secara tuntas terhadap kandang dan peralatan yang akan dipakai
didalamnya, baik tempat makanan, tempat minuman,brooder, alat pelingkan dan
lain-lain. Terutama pada kandang lama yang sudah dipakai, sisa-sisa dari ternak
yang lama, baik kotoran, bahan-bahan yang tercecer harus dibersihkan secara
tuntas sehingga tidak ada yang tertinggal, sebab setiap butir sisa dari kawanan
ayam yang lama akan ada kemungkinan akan menularkan sesuatu penyakit kepada
kawanan berikutnya. Pembersih dilakukan dengan air dan bahan pencuci (sabun
atau detergen).
Teknis pemeliharaan ayam broiler yang
baik yaitu minggu pertama (hari ke-1 sampai ke-7). DOC dipindahkan ke indukan
atau pemanas, segera diberi air minum hangat yang ditambah gula untuk mengganti
energi yang hilang selama transportasi. Pakan dapat diberikan dengan kebutuhan
per ekor 13 gram atau 1,3 kg untuk 100 ekor ayam. Jumlah tersebut adalah
kebutuhan minimal, pada prakteknya pemberian tidak dibatasi. Pakan yang
diberikan pada awal pemeliharaan berbentuk butiran-butiran kecil (crumbles).
Mulai hari ke-2 hingga ayam dipanen
sudah diberi air minum.Vaksinasi yang pertama dilaksanakan pada hari ke-4.
Minggu Kedua (hari ke-8 sampai ke-14). Pemeliharaan minggu kedua masih
memerlukan pengawasan seperti minggu pertama, meskipun lebih ringan.Pemanas
sudah bisa dikurangi suhunya.
Minggu Ketiga
(hari ke-15 sampai ke-21). Pemanas sudah dapat dimatikan terutama pada siang
hari yang terik. Kebutuhan pakan adalah 48 gram per ekor atau 4,8 kg untuk 100
ekor. Pada akhir minggu (umur 21 hari) dilakukan vaksinasi yang kedua
menggunakan vaksin ND strain Lasotta melalui suntikan atau air minum. Jika
menggunakan air minum, sebaiknya ayam tidak diberi air minum untuk beberapa
saat lebih dahulu, agar ayam benar-benar merasa haus sehingga akan meminum air
mengandung vaksin sebanyak-banyaknya.
Minggu Keempat (hari ke-22 sampai
ke-28). Pemanas sudah tidak diperlukan lagi pada siang hari karena bulu ayam
sudah lebat.Pada umur 28 hari, dilakukan sampling berat badan untuk mengontrol
tingkat pertumbuhan ayam. Pertumbuhan yang normal mempunyai berat badan minimal
1,25 kg. Kebutuhan pakan adalah 65 gram per ekor atau 6,5 kg untuk 100 ekor
ayam. Kontrol terhadap ayam juga harus ditingkatkan karena pada umur ini ayam
mulai rentan terhadap penyakit.
Minggu Kelima (hari ke-29 sampai ke-35).
Pada minggu ini, yang perlu diperhatikan adalah tatalaksana lantai kandang.Karena
jumlah kotoran yang dikeluarkan sudah tinggi, perlu dilakukan pengadukan dan
penambahan alas lantai untuk menjaga lantai tetap kering. Kebutuhan pakan
adalah 88 gram per ekor atau 8,8 kg untuk 100 ekor ayam. Pada umur 35 hari juga
dilakukan sampling penimbangan ayam. Bobot badan dengan pertumbuhan baik
mencapai 1,8 sampai 2 kg. Dengan bobot tersebut, ayam sudah dapat dipanen.
Maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan pakan hingga berumur 5 minggu
adalah 24,7 kg untuk 100 ekor ayam.
Minggu Keenam (hari ke-36 sampai ke-42).
Jika ingin diperpanjang untuk mendapatkan bobot yang lebih tinggi, maka kontrol
terhadap ayam dan lantai kandang tetap harus dilakukan. Pada umur ini dengan
pertumbuhan yang baik, ayam sudah mencapai bobot 2,25 kg.
Menurut Bambang (1995) untuk pemberian
pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu)
dan fase finisher (umur 4-6 minggu):
a. Kuantitas
pakan fase starter adalah terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu
minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8-14 hari)
43 gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu
ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan
tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.
b. Kuantitas
pakan fase finisher adalah terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu:
minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6 (umut 37-43 hari)
129 gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu
ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor
pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.
Sedangkan Pemberian minum disesuaikan
dangan umur ayam yang dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
a. Fase starter (umur 1-29 hari),
kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1
(1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100
ekor, minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29
hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4
minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari
pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air
minumnya.Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.
b. Fase finisher (umur 30-57
hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari)
9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor,
minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari)
14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4
liter/hari/ekor.
Cara Pemberian Pakan:
a.
Untuk anak ayam umur 1 - 6 hari (kutuk), pakan ditabur atau
sediakan pada wadah yang mudah terjangkau, jenis pakan yang dipakai adalah
ransum ayam ras starter (pakan komersial).
b. Ayam
umur 7 hari s/d 1 bulan dapat diberikan pakan campuran yaitu pakan ayam ras
starter dicampur dengan katul dan dedak halus, dengan perbandingan 1: 1 atau
jagung giling dan katul dengan perbandingan 2 : 1 dan dapat di tambah protein
hewani.
c.
Ayam umur 2-4 bulan dan seterusnya, diberikan pakan campuran, dedak halus,
jagung giling, dan pakan komersil dengan perbandingan 3:1:1 dan dapat di
tambahan gabah, gaplek dan tepung ikan.
2.5. Vaksinasi dan
Pencegahan Penyakit
2.5.1. Vaksinasi
Vaksinasi adalah pemasukan bibit
penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan
alami.Vaksinasi penting yaitu vaksinasi ND/tetelo.Dilaksanakan pada umur 4 hari
dengan metode tetes mata, dengan vaksin ND strain B1 dan pada umur 21 hari
dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau air minum.
Vaksin adalah mikroorganisme penyebab
penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan dan mempunyai sifat
immunogenik.Immunogenik artinya dapat merangsang pembentukan kekebalan.
Vaksinasi adalah proses memasukkan vaksin ke dalam tubuh ternak dengan tujuan
supaya ternak tersebut kebal terhadap penyakit yang disebabkan organisme tersebut.
Vaksin ada dua macam, yaitu vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif
adalah vaksin yang mikroorganismenya masih aktif atau masih hidup. Biasanya
vaksin aktif berbentuk sediaan kering beku, contoh: MEDIVAC ND LA SOTA, MEDIVAC
ND-IB dan MEDIVAC GUMBORO A. Vaksin inaktif adalah vaksin yang
mikroorganismenya telah dimatikan. Biasanya berbentuk sediaan emulsi atau
suspensi, contoh: MEDIVAC ND-EDS EMULSION, MEDIVAC CORYZA B.
Pelaksanaan Kegiatan vaksinasi dapat
dilakukan dengan cara membagi ayam menjadi 2 kelompok besar dalam sekatan. Ayam
kemudian digiring ke dalam 2 sekatan yang terbentuk.Vaksinasi dilakukan mulai
dari pen terakhir hingga pen pertama.Ayam yang telah divaksinasi diletakan
diluar sekatan hingga kemungkinan terjadinya pengulangan vaksinasi dapat
diminimalisir.
Pemberian vaksin dapat dilakukan dengan
beberapa cara, seperti tetes mata, hidung, mulut (cekok), atau melalui air
minum. Vaksinasi harus dilakukan dengan benar sehingga tidak menyakiti, unggas
dan mempercepat proses vaksinasi, dan tidak meninggalkan sisa sampah dari
peralatan vaksinasi seperti suntikan, sarung tangan, masker maupun sisa vaksin
yang digunakan (botol vaksin). Unggas yang divaksin harus benar- benar dalam
keadaan sehat tidak dalam kondisi sakit maupun stress sehingga akan mendapatkan
hasil yang maksimal dan tidak terjadi kematian dalam proses vaksinasi. Tata
cara vaksinasi harus ditempat yang teduh, bersih, vaksin tidak dalam kondisi
sakit maupun stress sehingga tidak merusak vaksin. Program vaksinasi untuk
unggas, harus disesuaikan dengan umur dari unggas tersebut dan harus
berhati-hati dalam memvaksin karena sangat sensitif terhadap jarum suntik dan
dapat menimbulkan stress dan kematian mendadak
2.6.
Mortalitas
Mortalitas merupakan angka kematian
dalam pemeliharaan ternak.Ada banyak hal yang berpengaruh terhadap mortalitas
dalam pemeliharaan unggas.Misalnya, adalah karena penyakit, kekurangan pakan,
kekurangan minum, temperatur, sanitasi, dan lain sebagainya.Penyakit
didefinisikan sebagai segala penyimpangan gejala dari keadaan kesehatan yang
normal.Tingkat kematian yang disebabkan oleh penyakit tergantung dari jenis
penyakit yang menyerang unggas.Dalam pemeliharaan petelur yang berhasil,
tingkat kematian 10 sampai 12% dianggap normal dalam satu tahun produksi.Dalam
kelompok pedaging, kematian maksimum per tahun normalnya adalah sekitar
4%.Setiap kematian yang melebihi angka tersebut harus dianggap sebagai kondisi
yang serius yang harus mendapat perhatian segera dari peternak yang bersangkutan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menekan angka kematian adalah mengontrol kesehatan ayam, mengontrol kebersihan
tempat pakan dan minum serta kandang, melakukan vaksinasi secara teratur,
memisahkan ayam yang terkena penyakit dengan ayam yang sehat, dan memberikan
pakan dan minum pada waktunya.
2.7.
Panen
Hasil Utama, untuk usaha ternak ayam
pedaging, hasil utamanya adalah berupa daging ayam
Hasil Tambahan, usaha ternak ayam
broiler (pedaging) adalah berupa tinja atau kotoran kandang dan bulu ayam.
2.8.
Pasca Panen
1.
Stoving
Penampungan ayam sebelum dilakukan
pemotongan, biasanya ditempatkan di kandang penampungan (Houlding Ground)
2.
Pemotongan
Pemotongan ayam dilakukan dilehernya,
prinsipnya agar darah keluar keseluruhan atau sekitar 2/3 leher terpotong dan
ditunggu 1-2 menit.Hal ini agar kualitas daging bagus, tidak mudah tercemar dan
mudah busuk.
3.
Pengulitan atau Pencabutan Bulu
Caranya ayam yang telah dipotong itu
dicelupkan ke dalam air panas (51,7- 54,4 0C).
Lama pencelupan ayam broiler adalah 30 detik. Bulu-bulu yang halus dicabut
dengan membubuhkan lilin cair atau dibakar dengan nyala api biru.
4.
Pengeluaran Jeroan
Bagian
bawah dubut dipotong sedikit, seluruh isi perut (hati, usus dan ampela)
dikeluarkan.Isi perut ini dapat dijual atau diikut sertakan pada daging siap
dimasak dalam kemasan terpisah.
5.
Pemotongan Karkas
Kaki
dan leher ayam dipotong.Tunggir juga dipotong bila tidak disukai.Setelah semua
jeroan sudah dikeluarkan dan karkas telah dicuci bersih, kaki ayam/paha
ditekukan dibawah dubur.Kemudian ayam didinginkan dan dikemas.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Ayam merupakan salah satu ternak yang
potensial di daerah kita,dilihat dari segi konsumsi masyarakat dan kebutuhan
masyarakat akan daging dan telur ayam sangat tinggi karena hamper setiap hari
dikonsumsi,sehingga beternak ayam adalah salah satu peluang bisnis yang sangat
menguntungkan jika kita mau menekuninya dengan sungguh – sungguh.
Beternak ayam juga memerlukan
profesionalisme dan dedikasi yang penuh terhadap peternakan ayamnya, agar hasil
yang didapat juga maksimal dan sangat memuaskan. Dalam arti kita mendapat
keuntungan dari sisi ekonomi dan juga kita akan mendapatkan kepuasan batin dan
itu merupakan kebanggaan tersendiri dari diri kita atas usaha yang kita tekuni.
3.2. Saran
Semoiga makalah ini dapat menjadi
panduan yang berguna bagi para peternak ayam baik bagi pemula maupun yang
professional.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.2011 Pendahuluan. http://micksihite.blogspot.com/p/laporan-semester-praktikum-produksi.html
Cahyono dan Bambang, 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (broiler). Penerbit Pustaka
Nusatama: Yogyakarta.
Fadillah. R, 2007. Sukses Berternak Ayam Broiler. PT.Agromedia Pustaka:. Ciganjur.
Kartini. 2011. Kandungan Zat Pakan Jagung. http://putramegatawang.com/kandungan-zat
pakan-jagung.html.
Roman, 2008. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial.
Agromedia pustaka: Jakarta
Priatno, Martono.A, 2004. Membuat Kandanng Ayam. PT. Penebar Swadaya:.
Jakarta
Rasyaf. M, 1994. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya: Jakarta
Sugandi, 1978. Tatalaksana Pemeliharaan Ayam
Pedaging Strain MB 202-p Periode Starter–Finisher. PT. Janu Putro Sentosa:
Bogor.
LAMPIRAN
Column1
|
Column2
|
Column3
|
Column4
|
Column5
|
Column6
|
Column7
|
tanggal
|
umur(hari)
|
pakan (gr)
|
mati
|
bb
|
||
masuk
|
sisa
|
konsumsi
|
44,06
|
|||
h1
|
1
|
1040
|
945,60
|
94,4
|
||
h2
|
2
|
1040
|
949,94
|
90,06
|
||
h3
|
3
|
1040
|
749
|
246
|
||
h4
|
4
|
1040
|
638
|
402
|
||
h5
|
5
|
1040
|
323
|
717
|
||
h6
|
6
|
1040
|
306
|
743,5
|
||
h7
|
7
|
1040
|
270
|
770
|
183,4
|
Column8
|
kelembapan
|
Column10
|
Column11
|
kelembapan(%)
|
suhu c
|
pratikan
|
kegiatan
|
35
|
32,2
|
|
|
45
|
30,9
|
|
|
37
|
29,9
|
|
vaksinasi
|
37
|
31,1
|
|
|
52
|
28,5
|
|
|
47
|
29
|
|
|
48
|
30,5
|
|
|
64
|
29
|
|
|
Jumlah konsumsi=3186,06 gr
Jumlah pakan masuk=7280 gr
Jumlah pakan sisa=4163,54 gr
Pbb=
bb akhir-bb awal=183,4-44,06=139,34 gr
Konsumsi
pakan=pakan yang diberikan – pakan sisa=7280-4163,54=3117,54 gr
Efisiensi
pakan = pbb/konsumsi pakan x 100%= 139,34/3117x100%=0,4703 gr
Langganan:
Postingan (Atom)